tag:blogger.com,1999:blog-45165833987176287492024-03-21T11:53:24.839-07:00from ocean to atmosphereDimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-4516583398717628749.post-35032475686025757142011-01-12T22:13:00.000-08:002011-01-12T22:13:20.180-08:00Tropical cyclone cycle<b></b><strong>Pengertian Siklon Tropis</strong><br />
Siklon Tropis (Tropical Cyclone) merupakan istilah dalam meteorologi untuk suatu daerah bertekanan sangat rendah yang ditopang oleh angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 118 km/jam. Dilihat dari atas, sikon tropis tampak seperti pusaran awan yang bergerak dengan diameter ratusan kilometer. <br />
<img alt="siklontropis__m5971b587" class="aligncenter size-medium wp-image-174" height="225" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__m5971b587.png?w=300&h=225" title="siklontropis__m5971b587" width="300" /><br />
Bagian tengah siklon tropis disebut mata dengan diameter antara 10 hingga 100 kilometer dan menjulang dengan ketinggian mencapai 12 – 15 km. Pada bagian mata ini, keadaan cuacanya cerah dengan angin yang relatif tenang. Mata siklon tropis di kelilingi oleh dinding mata berupa angin yang bergerak spiral dari bawah ke atas dan dipenuhi awan-awan. Pada dinding mata ini keadaan cuaca sangat buruk dengan hujan lebat, badai guruh serta tiupan angin sangat kencang. <br />
<img alt="siklontropis__607b238f" class="aligncenter size-medium wp-image-172" height="149" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__607b238f.png?w=300&h=149" title="siklontropis__607b238f" width="300" /><br />
<strong>Terbentuknya Siklon Tropis</strong><br />
Siklon tropis terbentuk di atas laut di daerah tropis. Beberapa kondisi yang menyebabkan siklon tropis terbentuk, diantaranya:<br />
<ol>Samudera atau laut yang luas dengan suhu permukaan laut yang cukup panas, yaitu di atas 260 C. Siklon tropis tidak terbentuk di atas daratan.</ol><ol>Daerah tropis dengan lintang minimal 50 atau sekitar 500 km dari khatulistiwa.</ol><ol>Sebelum terjadi siklon tropis di suatu daerah, terdapat gangguan cuaca di daerah tersebut.</ol><ol>Kelembapan udara pada permukaan sampai ketinggian 6 km cukup besar.</ol><ol>Kecepatan angin relatif tinggi.</ol>Pembentukan silon tropis terjadi ketika:<br />
<ol><li>Suhu permukaan laut yang panas (di atas 26 0 C ) menyebabkan tekanan di atas permukaan laut tersebut menjadi rendah.</li>
<li>Adanya pusat bertekanan rendah ini menimbulkan angin yang bergerak dari yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah tersebut.</li>
<li>Gaya Coriolis menyebabkan angin yang menuju daerah tekanan rendah dibelokkan dan pada jarak tertentu angin tersebut naik ke atas secara spiral.</li>
<li>Udara basah yang terbawa oleh angin yang bergerak ke atas tersebut kemudian berkondensasi (mengembun), membentuk awan sambil melepaskan panas laten.</li>
<li>Panas laten menyebabkan udara disekitarnya memuai dan terdorong keluar dari pusat badai. Hal ini menyebabkan tekanan di lapisan bawah terus berkurang sehingga angin bergerak masuk lebih cepat dan lebih banyak uap air yang terbawa.</li>
Siklus ini terus berulang membuat badai lebih hebat sampai ada faktor yang membuatnya lemah.</ol><strong>Fase Pertumbuhan Siklon Tropis</strong><br />
Pembentukan siklon tropis mengalami beberapa tahap, yaitu depresi tropis, badai tropis dan kemudian siklon tropis.<br />
<ol>1. Depresi Tropis
Jika angin di atas permukaan yang masuk berkecepatan antara 37–63 km per jam (20-34 knot ) maka disebut depresi tropis. Bentuknya belum mempunyai mata dan tidak berpilin.
2. Badai Tropis
Jika kecepatan angin terus meningkat mencapai antara 64-118 km per jam (35-64 knot), depresi tropis tumbuh menjadi badai tropis. Bentuk sikloniknya (berpilin) sudah mulai terbentuk namun belum memiliki mata.
3. Siklon Tropis
Jika kecepatan angin mencapai lebih besar dari 118 km/jam (>64 knot), maka badai tropis tumbuh menjadi siklon tropis. Mata dan pusaran angin sudah terbentuk.</ol><hr /> 1. Depresi Tropis dilihat dari satelit. (Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/td.rxml)<br />
<img alt="siklontropis__m319ec536" class="aligncenter size-medium wp-image-175" height="220" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__m319ec536.png?w=300&h=220" title="siklontropis__m319ec536" width="300" /><br />
2. Badai Tropis Charli di Texas. (Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/ts.rxml)<br />
<img alt="siklontropis__68af4763" class="aligncenter size-medium wp-image-171" height="204" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__68af4763.png?w=300&h=204" title="siklontropis__68af4763" width="300" /> <br />
3. Siklon Tropis Gafilo di Madagaskar. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Portal:Tropical_cyclones)<br />
<img alt="siklontropis__3c6d8091" class="aligncenter size-full wp-image-167" height="250" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__3c6d8091.png?w=250&h=250" title="siklontropis__3c6d8091" width="250" /><br />
<hr /> <strong>Arah Rotasi</strong><br />
Arah rotasi atau putaran pada siklon tropis tergantung pada daerah pembentukannya. Di belahan bumi bagian selatan, arah rotasi searah dengan putaran jarum jam. Sedangkan di belahan bumi bagian utara, arah rotasi beralawanan arah dengan putaran jarum jam. Arah rotasi tersebut dipengaruhi oleh gaya corriolis. <br />
<hr /> <img alt="siklontropis__33a44d9b" class="aligncenter size-medium wp-image-168" height="300" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__33a44d9b.png?w=234&h=300" title="siklontropis__33a44d9b" width="234" /> Arah putaran silon tropis. Di belahan bumi bagian selatan (B) searah dengan putaran jarum jam. Di belahan bumi bagian utara (A) berlawanan arah dengan putaran jarum jam.<br />
<hr /> <strong>Pelenyapan Siklon Tropis</strong><br />
Siklon tropis merupakan sistem yang besar terdiri dari angin, awan, dan badai guruh. Sumber energi utamanya adalah panas laten yang dilepaskan oleh proses kondensasi (pengembunan) uap air menjadi awan. Berkurangnya proses kondensasi dan panas laten menyebabkan kekuatan siklon tropis melemah. Oleh karena itu, siklon tropis dapat lenyap jika:<br />
<ol>Siklon tropis bergerak memasuki daratan. Ketika memasuki daratan, pasokan uap air berkurang sehingga mengurangi penguapan yang selanjutnya kondensasi dan panas laten ikut berkurang.</ol><ol>Siklon tropis bergerak menjauhi daerah tropis. Di luar tropis, suhu relatif lebih dingin sehingga proses penguapan berkurang.</ol>Dari mulai pembentukannya, siklon tropis dapat terus hidup dari beberapa jam hingga dapat bertahan sampai 2 minggu.<br />
<strong>Wilayah Terbentuknya Siklon Tropis</strong><br />
Siklon tropis terbentuk di lautan tropis. Wilayah pembentukan siklon tropis tersebut dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: 1) Samudera Atlantik Utara, 2) Samudera Pasifik Utara bagian Timur, 3) Samudera Pasifik Utara bagian Barat, 4) Samudera Hindia Utara, 5) Samudera Hindia Selatan bagian Barat, 6) Samudera Hindia Selatan bagian Timur dan 7) Samudera Pasifik Selatan bagian Barat.<br />
<img alt="siklontropis__m3b9e8dcc" class="aligncenter size-medium wp-image-173" height="146" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/siklontropis__m3b9e8dcc.png?w=300&h=146" title="siklontropis__m3b9e8dcc" width="300" /> <br />
<strong>Waktu Terjadinya Siklon Tropis</strong><br />
Siklon tropis terjadi secara musiman. Waktu kejadiannya tergantung pada tempat. Peluang waktu terjadinya siklon tropis di beberapa daerah di berikan pada tabel berikut.<br />
Samudera Atlantik Utara antara Juni – November<br />
Samudera Pasifik Utara bagian Timur antara Mei – November<br />
Samudera Pasifik Utara bagian Barat antara April – Januari<br />
Samudera Pasifik Selatan bagian Barat antara Oktober – Mei<br />
Samudera Hindia Utara antara April – Desember<br />
Samudera Hindia Selatan antara Oktober – Mei<br />
<strong>Penamaan Siklon Tropis</strong><br />
Di tempat yang berbeda, siklon tropis dikenal dengan istilah yang berbeda. Di samudera Hindia (Indonesia, India, Srilangka) dikenal sebagai “Siklon Tropis” atau Badai Siklon. Di samudera Atlantik dan Pasifik sebelah timur (Amerika) dikenal sebagai “Hurricane”. Di Samudera Pasifik Utara bagian Barat (Filipina, Cina, Jepang) dikenal dengan istilah “Typhoon”.<br />
Siklon tropis (Hurricane, Typhoon) yang terbentuk pada suatu waktu di suatu tempat diberi nama untuk memudahkan mengingat dan mengenalnya. Sebagai contoh, nama-nama siklon tropis yang terjadi di daerah samudera Hindia antara Indonesia-Australia diberikan dalam Tabel 2. Siklon tropis yang terbentuk di samudera Atlantik, dan di daerah lain diberi nama yang berbeda dari kelompok nama pada tabel ini.<br />
Nama-nama Siklon Tropis yang terbentuk di samudera Hindia antara Indonesia-Australia. (Sumber: WMO pada http://www.wmo.ch/web/www/TCP/Storm-names.html)<br />
Alex<br />
Bessi<br />
Clancy<br />
Dianne<br />
Errol<br />
Fiona<br />
Graham<br />
Harriet<br />
Inigo<br />
Jana<br />
Ken<br />
Linda<br />
Monty<br />
Nicky<br />
Oscar<br />
Phoebe<br />
Raymond<br />
Sally<br />
Tim<br />
Vivienne<br />
Willy<br />
Adeline<br />
Bertie<br />
Clare<br />
Daryl<br />
Emma<br />
Floyd<br />
Glenda<br />
Hubert<br />
Isobel<br />
Jacob<br />
Kara<br />
Lee<br />
Melanie<br />
Nicholas<br />
Ophelia<br />
Pancho<br />
Rosie<br />
Selwyn<br />
Tiffany<br />
Victor<br />
Zelia<br />
Alison<br />
Billy<br />
Cathy<br />
Damien<br />
Ellie<br />
Frederic<br />
Gabrielle<br />
Hamish<br />
Ilsa<br />
Joseph<br />
Kirrily<br />
Leon<br />
Marcia<br />
Norman<br />
Olga<br />
Paul<br />
Robyn<br />
Sean<br />
Terri<br />
Vincent<br />
Walter<br />
Nama-nama tersebut dipakai berdasarkan abjad dan terus di ulang. Yaitu, misalkan suatu waktu terbentuk siklon tropis dan diberi nama Alex, kemudian terjadi lagi siklon tropis, siklon tropis ini diberi nama Bessi, kemudian terjadi lagi siklon tropis diberi nama Clancy dan seterusnya sampai nama-nama dalam tabel tersebut habis digunakan untuk kemudian kembali ke awal.<br />
Jika suatu saat suatu siklon dengan nama tertentu dianggap sangat merusak, maka nama siklon tersebut dihilangkan dari daftar dan diganti dengan nama lain yang berawalan sama. Misalkan, Oscar terjadi sangat merusak, maka nama Oscar diganti dengan nama lain yang berwalan “O”, bisa saja Obelix misalnya.<br />
Indonesia melalui BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) telah dipercaya oleh WMO (Badan Meteorologi Dunia) untuk memantau kejadian siklon tropis yang terbentuk di samudera Hindia dan sekaligus diberi wewenang untuk memberi nama siklon tropis – siklon tropis tersebut. Sehingga di tahun-tahun mendatang, nama-nama khas Indonesia mungkin akan digunakan dalam penamaan siklon tropis yang terbentuk di samudera Hindia. <br />
<strong>Akibat Siklon Tropis</strong><br />
Walaupun siklon tropis terbentuk di lautan, namun efeknya dapat mempengaruhi daratan. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh siklon tropis adalah:<br />
<ol>1. Gelombang badai (Storm Surge) berupa gelombang laut yang tinggi dengan ketinggian beberapa meter di atas paras laut yang normal. Pada tahun 1970 di Bangladesh, terbentuk siklon Bhola menyebabkan gelombang badai (storm surge) yang meyebabkan kematian 300.000 orang. Gelombang ini berbeda dengan gelombang tsunami.
2. Angin yang kencang yang dapat merusak kendaraan, bangunan, jembatan atau objek di luar lainnya.
3. Hujan lebat disertai badai guruh yang dapat menyebabkan banjir di wilayah-wilayah pemukiman penduduk.</ol>Gelombang badai, angin yang merusak, hujan lebat dan banjir pada akhirnya dapat menyebabkan orang kehilangan tempat tinggal, gagal panen, tercemarnya air bersih, terganggunya arus transportasi di darat, laut, maupun udara, dan berhentinya aktivitas nelayan. Hal tersebut menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat.<br />
<hr /> <strong>Siklon Tropis Bola</strong><br />
<img alt="1970_bhola_cyclone" class="aligncenter size-full wp-image-176" height="152" src="http://ermala.files.wordpress.com/2008/12/1970_bhola_cyclone.gif?w=176&h=152" title="1970_bhola_cyclone" width="176" /><br />
Sumber: http://encyclopedia.thefreedictionary.com/1970+Bhola+cyclone> <hr /> <strong><br />
Acuan</strong><br />
1.http://en.wikipedia.org/wiki/Portal:Tropical_cyclones<br />
2.http://www.wmo.ch/web/www/TCP/Storm-naming.htmlDimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4516583398717628749.post-18753319815203465352011-01-11T08:08:00.000-08:002011-01-11T08:08:53.424-08:00<div align="center" class="style25"><strong>Pola Curah Hujan di Indonesia</strong></div><div align="center"><br />
</div><div align="center"><a href="http://mbojo.files.wordpress.com/2007/07/hujan1.jpg"><img alt="hujan1" border="0" height="290" src="http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/edukasi0609pch_clip_image001.jpg" width="300" /></a> </div><div align="justify">Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, sehingga kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi, menurut Lakitan (2002) presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi. Tjasyono (2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku bukan merupakan bagian dari presipitasi (<em>frost</em>) walaupun berperan dalam alih kebasahan (<em>moisture</em>). Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004). Menurut Arsyad (1989) Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh sebuah penakar curah hujan tergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya. </div><div align="justify"> Curah hujan mempunyai variabilitas yang besar dalam ruang dan waktu. Berdasarkan skala ruang, variabilitasnya Sangat dipengaruhi oleh letak geografi (letak terhadap lautan dan benua), topografi, ketinggian tempat, arah angin umum, dan letak lintang. Keragaman curah hujan terjadi juga secara lokal di statu tempat, yang disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi topografi seperti adanya bukit, gunung atau pegunungan yang menyebabkan penyebaran hujan yang tidak merata. Berdasarkan skala waktu, keragaman/variasi curah hujan dibagi menjadi tipe harian, musiman (bulanan), dan tahunan. Variasi curah hujan harian dipengaruhi oleh faktor lokal (topografi, tipe vegetasi, drainase, kelembaban, warna tanah, albedo, dan lain-lain). Variasi bulanan atau musiman dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut, aktivitas konveksi, arah aliran udara di atas permukaan bumi, variasi sebaran daratan dan lautan. Sedangkan variasi tahunan dipengaruhi oleh perilaku sirkulasi atmosfer global, kejadian badai, dan lain-lain (Ruminta(1989), dalam Erwin, M(2001)).</div><div align="justify">Berdasarkan terjadinya, hujan dibedakan menjadi (<a href="http://kadarsah.wordpress.com/">http://kadarsah.wordpress.com/</a> ): </div><div align="justify"> <ul type="disc"><li><u>Hujan siklonal</u>, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.</li>
<li><u>Hujan zenithal</u>, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekuator" title="Ekuator">ekuator</a>, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.</li>
<li><u>Hujan orografis</u>, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Uap_air" title="Uap air">uap air</a> yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.</li>
<li><u>Hujan frontal</u>, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang <em>front</em>. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang <em>front</em> inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.</li>
<li><u>Hujan muson</u>, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Matahari" title="Matahari">Matahari</a> antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_Balik_Utara" title="Garis Balik Utara">Garis Balik Utara</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Garis_Balik_Selatan" title="Garis Balik Selatan">Garis Balik Selatan</a>. Di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>, secara teoritis hujan muson terjadi bulan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Oktober" title="Oktober">Oktober</a> sampai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/April" title="April">April</a>. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mei" title="Mei">Mei</a> sampai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agustus" title="Agustus">Agustus</a>.</li>
</ul></div><div align="justify">Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem monsoon Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pnegaruh local (Mcbride, 2002). Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian “chaotic” dari variabilitas monsoon (Ferranti (1997), dalam Aldrian (2003). Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi-tahunan di Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia.</div><div align="justify">Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut ( <a href="http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/">http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/</a> ) :</div><div align="justify"> <ol start="1" type="1"><li>1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.</li>
<li>2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.</li>
<li>3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.</li>
<li>4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.</li>
<li>5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.</li>
<li>6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:<br />
a) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.<br />
b) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.<br />
c) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari. </li>
<li>7. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini.</li>
</ol></div><div align="justify">Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama. <br />
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto (2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau). Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret. Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Wilayah Indonesia disepanjang garis khatulistiwa sebagian besar mempunyai pola hujan equatorial, sedangkan pola hujan moonson terdapat di pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. Sedangkan salah satu wilayah mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).</div><br />
<div align="center"><a href="http://kadarsah.files.wordpress.com/2008/04/pola-curah-hujan-indonesia.jpg" title="pola-curah-hujan-indonesia.jpg"><img alt="pola-curah-hujan-indonesia.jpg" border="0" height="279" src="http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/edukasi0609pch_clip_image003.jpg" width="472" /></a> <br />
Sumber: Tjasyono 1999</div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td valign="top" width="206"><img alt="monsoon type" height="144" src="http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/edukasi0609pch_clip_image005.jpg" width="192" /></td> <td valign="top" width="198"><img alt="equatorial type" height="136" src="http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/edukasi0609pch_clip_image007.jpg" width="170" /></td> <td valign="top" width="205"><img alt="local Type" height="133" src="http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/edukasi0609pch_clip_image009.jpg" width="189" /></td> </tr>
<tr> <td colspan="3" valign="top" width="609"><div align="center">Sumber: E.Aldrian dan Susanto (2003)<span class="selected style5"><span class="style20"> </span></span></div><div style="text-align: left;"><br />
</div><div style="text-align: left;"><span class="selected style5"><span class="style20">Disajikan oleh :</span></span></div><span class="selected style5"> Bidang Pemodelan Iklim<br />
Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN Bandung </span><div align="center"> </div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: x-small;">Sumber bacaan: </span></div><ol start="1" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" type="1"><li><span style="font-size: x-small;"><a href="http://mbojo.wordpress.com/2007/07/24/hujan/">http://mbojo.wordpress.com/2007/07/24/hujan/</a></span></li>
<li><span style="font-size: x-small;"><a href="http://kadarsah.wordpress.com/">http://kadarsah.wordpress.com/</a></span> </li>
<li><span style="font-size: x-small;">http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/ </span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Tjasyono, Bayong. 2004. <em>Klimatologi</em>. Cetakan Ke-2. IPB Press. Bandung </span></li>
<li><span style="font-size: x-small;">Edvin Aldrian, R. Dwi Susanto. <em>Identification Of Three Dominant Rainfall Regions Within Indonesia And Their Relationship To Sea Surface Temperature</em>. <em>Int. J. Climatol. </em><strong>23</strong>: 1435–1452 (2003)</span></li>
</ol></td></tr>
</tbody></table>Dimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4516583398717628749.post-17554019068746888842011-01-11T08:02:00.000-08:002011-01-11T08:02:38.052-08:00Iklim dan Curah Hujan<div class="style12" id="titleStyle"><span style="font-family: Verdana,Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;">Iklim dan Curah Hujan</span></div><div align="left" class="style11"><br />
</div><div align="center" class="style11"> <span class="style7"><strong> Klasifikasi Iklim</strong></span></div><div align="center" class="style11"><br />
</div><div align="justify" class="style11"> Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim matahari dan iklim fisis.</div><div align="justify" class="style11">Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut : </div><div align="justify" class="style11"><a href="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/materi1.html#satu">1. Iklim Matahari</a></div><div align="justify" class="style11"><a href="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/materi1.html#dua">2. Iklim Koppen</a></div><div align="justify" class="style11"><a href="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/materi1.html#tiga">3. Iklim Schamidt - Ferguson</a></div><div align="justify" class="style11"><a href="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/materi1.html#empat">4. Iklim Oldman</a></div><div align="justify" class="style11"><a href="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/materi1.html#lima">5. Iklim Yunghunh </a></div><div align="justify" class="style11"><br />
</div><strong align="justify" class="style11">Iklim Matahari</strong><a href="" id="satu" name="satu"></a><br />
<div align="center" class="style11"> <img height="206" src="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/images/hal_5.jpg" width="323" /></div><div align="justify" class="style11">Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi: iklim tropik; iklim sub tropik; iklim sedang dan iklim dingin.</div><div align="justify" class="style11"><br />
</div><div align="justify" class="style11"><strong>Iklim Koppen</strong><a href="" id="dua" name="dua"></a></div><div align="justify" class="style11"> Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman�membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :</div><div align="center" class="style11"><img height="229" src="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/images/hal_7.jpg" width="355" /></div><div align="center" class="style11"><strong>Gambar : Iklim Koppen </strong></div><ol><li class="style11"> Iklim A, yaitu iklim hujan tropis, dengan ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 <sup>o</sup>C, suhu tahunan 20 <sup>o</sup>C – 25 <sup>o</sup>C dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.</li>
<li class="style11"> Iklim B, yaitu iklim kering/gurun<br />
Dengan ciri curah hujan lebih kecil daripada penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.</li>
<li class="style11"> Iklim C, yaitu iklim sedang basah<br />
Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3 <sup>o</sup>C - 18 <sup>o</sup>C, daerah ini terbagai menjadi :<br />
Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)<br />
Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)<br />
Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)</li>
<li class="style11"> Iklim D, yaitu iklim dingin <br />
Dengan ciri temperatur bulan terdingin kurang dari 3 <sup><big>o</big></sup>C dan temperatur bulan terpanas lebih dari 10 <sup>o</sup>C, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df <br />
</li>
<ul><li class="style11"> Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering<br />
</li>
<span class="style11">
</span>
<li class="style11"> Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.</li>
</ul>
<li class="style11"> Iklim E, yaitu iklim kutub.<br />
Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 <sup>o</sup>C Daerah ini terbagi menjadi : <br />
<br />
<ul><li>ET Iklim tundra<br />
<br />
</li>
<li>DF Iklim salju</li>
</ul></li>
</ol><div align="center" class="style11"><br />
</div><div align="justify" class="style11"><strong>Iklim Schamidt - Ferguson</strong><a href="" id="tiga" name="tiga"></a></div><div align="justify" class="style11"> Schmidt dan Ferguson membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut :</div><div align="justify" class="style11"><img height="37" src="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/images/hal14.jpg" width="232" /></div><div align="justify" class="style11"><br />
</div><div align="justify" class="style11">Di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe Iklim :</div><blockquote> <div align="justify" class="style11">A. kategori sangat basah, nilai Q = 0 � 14,3 % </div><div align="justify" class="style11">B. kategori basah, nilai Q = 14,3 � 33,3 % </div><div align="justify" class="style11">C. kategori agak basah nilai Q 33,3 � 60 % </div><div align="justify" class="style11">D. kategori sedang, nilai Q = 60 � 100 % </div><div align="justify" class="style11">E. kategori agak kering, nilai Q = 100 � 167 % </div><div align="justify" class="style11">F. kategori kering, nilai Q = 167 � 300 % </div><div align="justify" class="style11">G. kategori sangat kering, nilai Q = 300 � 700 % </div><div align="justify" class="style11">H. kategori luar biasa kering, nilai Q = lebih dari 700 % </div></blockquote><div align="justify" class="style11"><br />
</div><div align="justify" class="style11"> </div><div align="justify" class="style11">Jadi kota X beriklim B. Langkah masukan dalam grafik.</div><div align="justify" class="style11"><img height="274" src="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/images/hal_9.jpg" width="283" /></div><div align="justify" class="style11">Curah hujan Kota X 1998-2000 </div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 349px;"><tbody>
<tr> <td class="style11" width="73"><div align="center">Bulan</div></td> <td class="style11" width="48"><div align="center">1998</div></td> <td class="style11" width="50"><div align="center">1999</div></td> <td class="style11" width="52"><div align="center">2000</div></td> <td class="style11" width="50"><div align="center">Jml</div></td> <td class="style11" width="62"><div align="center">Rata-rata</div></td> </tr>
<tr> <td class="style11">Jan</td> <td class="style11"><div align="center">343</div></td> <td class="style11"><div align="center">345</div></td> <td class="style11"><div align="center">310</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Pebruari</td> <td class="style11"><div align="center">360</div></td> <td class="style11"><div align="center">260</div></td> <td class="style11"><div align="center">245</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Maret</td> <td class="style11"><div align="center">200</div></td> <td class="style11"><div align="center">275</div></td> <td class="style11"><div align="center">175</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">April</td> <td class="style11"><div align="center">150</div></td> <td class="style11"><div align="center">184</div></td> <td class="style11"><div align="center">120</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Mei</td> <td class="style11"><div align="center">100*</div></td> <td class="style11"><div align="center">93*</div></td> <td class="style11"><div align="center">30*</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Juni</td> <td class="style11"><div align="center">75*</div></td> <td class="style11"><div align="center">60*</div></td> <td class="style11"><div align="center">0*</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Juli</td> <td class="style11"><div align="center">50*</div></td> <td class="style11"><div align="center">44*</div></td> <td class="style11"><div align="center">0*</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Agustus</td> <td class="style11"><div align="center">40**</div></td> <td class="style11"><div align="center">112</div></td> <td class="style11"><div align="center">84*</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">September</td> <td class="style11"><div align="center">112</div></td> <td class="style11"><div align="center">153</div></td> <td class="style11"><div align="center">125</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Oktober</td> <td class="style11"><div align="center">225</div></td> <td class="style11"><div align="center">244</div></td> <td class="style11"><div align="center">200</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Nopember</td> <td class="style11"><div align="center">280</div></td> <td class="style11"><div align="center">275</div></td> <td class="style11"><div align="center">275</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">Desember</td> <td class="style11"><div align="center">310</div></td> <td class="style11"><div align="center">322</div></td> <td class="style11"><div align="center">350</div></td> <td class="style11"><br />
</td> <td class="style11"><br />
</td> </tr>
<tr> <td class="style11">JBB</td> <td class="style11"><div align="center">8</div></td> <td class="style11"><div align="center">9</div></td> <td class="style11"><div align="center">8</div></td> <td class="style11"><div align="center">25</div></td> <td class="style11"><div align="center">8,33</div></td> </tr>
<tr> <td class="style11">JBK</td> <td class="style11"><div align="center">2</div></td> <td class="style11"><div align="center">1</div></td> <td class="style11"><div align="center">3</div></td> <td class="style11"><div align="center">6</div></td> <td class="style11"><div align="center">2,0</div></td> </tr>
<tr> <td class="style11">JBL</td> <td class="style11"><div align="center">2</div></td> <td class="style11"><div align="center">2</div></td> <td class="style11"><div align="center">1</div></td> <td class="style11"><div align="center">5</div></td> <td class="style11"><div align="center">1,67</div></td> </tr>
</tbody></table><br />
<div class="style11"><strong>Klasifikasi Iklim Oldeman<a href="" id="empat" name="empat"></a> </strong></div><div class="style11"> Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu :</div><ul><li class="style11">Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut<br />
<br />
</li>
<li class="style11">Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut<br />
<br />
</li>
<li class="style11">Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut<br />
<br />
</li>
<li class="style11">Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut </li>
</ul><div class="style11">berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:</div><ol type="a"><li class="style11">Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm</li>
<li class="style11"> Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm</li>
<li class="style11"> Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm<br />
<br />
</li>
</ol><blockquote> <div align="left" class="style11"> A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.<br />
<br />
B : Jika terdapat 7 � 9 bulan basah berurutan.<br />
<br />
C : Jika terdapat 5 � 6 bulan basah berurutan.<br />
<br />
D : Jika terdapat 3 � 4 bulan basah berurutan.<br />
<br />
E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan. </div></blockquote><div align="left" class="style11"> Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen atau pun Schmidt � Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.</div><div align="left" class="style11"><br />
</div><div align="left" class="style11"><strong>Klasifikasi Iklim Yunghunh<a href="" id="lima" name="lima"></a> </strong></div><div class="style11">Pembagian iklim didasarkan pada ketinggian tempat yang ditandai dengan jenis vegetasi, zone iklimnya adalah terbagi lima zone:</div><div align="center" class="style11"><img height="236" src="http://www.ilmuku.com/file.php/1/Simulasi/mp_214/images/hal_12.jpg" width="351" /></div><div align="center" class="style11">Gambar : Iklim Yunghunh </div><ol type="a"><li class="style11"> Zone iklim panas.Ketinggian 0 � 700 m, suhu rata-rata tahunan lebih 22 C ( padi, jagung, tebu dan kelapa).<br />
<br />
</li>
<li class="style11">Zone iklim sedang.Ketinggian 700-1500m, suhu rata-rata tahunan antara 15 � 22 C ( kopi, the, kina dan karet). <br />
<br />
</li>
<li class="style11"> Zone iklim sejuk.Ketinggian.1500 � 2500, suhu rata-rata tahunan 11 C � 15 C (cocok tanaman holtikultura). <br />
<br />
</li>
<li class="style11">Zone iklim dingin.Ketinggian 2500 � 400m, dengan suhu rata-rata tahunan 11 C (zone ini tumbuhan yang ada berupa lumut). <br />
<br />
</li>
<li class="style11">Zone iklim salju tropis. Ketinggian lebih dari 400m dari permukaan laut, di daerah ini tidak terdapat tumbuhan. </li>
</ol><br />
Sumber : <br />
http://www.ilmuku.comDimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4516583398717628749.post-44871905212769703102011-01-11T07:46:00.000-08:002011-01-11T07:52:05.384-08:00The dynamics of water masses Maluku Sea<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> Dinamika laut di sekitar Laut Maluku di dominasi oleh pengaruh local dan regional yang terjadi di Samudra Pasifik. massa air laut di sekitar Laut Maluku berada dalam sirkulasi sirkulasi massa air perairan Indonesia timur bersama Laut Banda, Laut Flores dan Laut Halmahera yang merupakan jalur massa air yang dipengaruhi massa air <i>North Pacific</i> dan <i>South Pacific</i> bergabung kondisi antar tahunan<i> </i>(<i>interannual</i>) yang terjadi. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> Di perairan sekitar Laut Maluku mengalir Arus Mindanao yang merupakan cabang dari NEC dan MC. Arus ini mengalir sepanjang pantai Mindanao dan bergerak ke arah Pulau Mindanao menuju Laut Sulawesi. Arus ini kemudian dibalikan ke arah timur di tengah Laut Sulawesi dan bergerak kearah timur kembali di sepanjang pantai Sulawesi. Cabang dari Arus Mindanao ini masuk ke Selat Makassar dan sebagian ke Laut Maluku (Wyrtki, 1961).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> Menurut Wyrtki (1961), dari permukaan hingga kedalaman 500 m, massa air di perairan Indonesia mengalir dari Samudra Pasifik ke Hindia, berasal dari Arus Mindanao. Arus ini sering disebut Arus Lintas Indonesia. Di perairan sebelah utara Laut Maluku (Samudra Pasifik bagian barat), Sirkulasi arus permukaan yang menonjol adalah adalah NEC yang mengalir sepanjang tahun menuju Filipina. Arus ini menguat pada bulan Desember hingga Februari dan melemah/mengecil dari pada kondisi normalnya pada bulan April hingga Juni (Wyrtki, 1961). Arus ini berbelok secara divergen di Filipina, satu bagian ke utara menjdi Arus Kuroshio, sedangkan bagian lain ke timur membentuk <i>North Equatorial Counter Current</i> (NECC). </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> Di wilayah <i>New Guinea </i>terjadi fluktuasi musim yng tinggi. Pada bulan Mei hingga Oktober terjadi angin pasat tenggara sedangkan pada bulan November sampai April bertiup dari timur dan utara yang menandai terjadinya angin pasat timur laut. Di bulan juni hingga Agustus ini <i>South Equatorial Current</i> menguat dan mengalir di sepanjang pantai <i>New Guinea</i> hingga Halmahera dengan kecepatan yang tinggi. Di Halmahera arus ini bergabung dengan arus yang bergerak keluar dari Laut Maluku dan Laut Sulawesi dan hal ini mengakibatkan terjadi pembelokan arus ke kanan dimana arus bergerak ke arah timur bersama NEC dan membentuk <i>North Equatorial Counter Current</i> (Wyrtki, 1961).</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">oleh : Dimas Setiya G</span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US"> </span></span></div><div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span lang="EN-US">Referensi :</span></span></div><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440" style="color: #f3f3f3;"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> <div class="MsoNormal" style="color: #f3f3f3; line-height: normal; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Wyrtki, K., “<i>Physical Oceanography of the Southest Asian Waters</i>”, University</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">of California, California, 1961.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac>Dimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4516583398717628749.post-32745948352855034042011-01-11T07:28:00.000-08:002011-01-11T07:37:42.200-08:00Mindanao Current from North Equatorial Current In West Pacific<m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-size: small;"><i><span lang="EN-US">Mindanao Current</span></i></span><span lang="EN-US" style="font-size: small;"> merupakan salah satu bagian dari sirkulasi massa air dalam skematik the Pacific low latitude western boundary currents (LLBWCs). Sumber utama massa air yang menopang sistem sirkulasi arus LLWBCs adalah arus pasifik selatan/South Equatorial Currents (SEC) dan arus pasifik utara/North Equatorial Currents (NEC) (Lukas et al 1996). Di belahan bumi utara arus pasifik utara (NEC) yang bergerak ke barat pada lintang 14</span><span lang="EN-US" style="font-size: small;">゚</span><span lang="EN-US" style="font-size: small;">N akan memecah menjadi dua, arus yang satu bergerak ke utara dan yang lain ke selatan. Arus yang ke utara menjadi arus Kuroshiwo yang bergerak ke perairan Jepang dan yang bergerak ke selatan menjadi. Arus Mindano. Menurut Wyrtki (1961), dari permukaan kedalaman 500 m, massa air di perairan Indonesia mengalir dari samudra Pasifik ke hindia, berasal dari Arus Mindanao</span><span lang="EN-US" style="font-size: small;">. </span></div><div class="MsoListParagraph" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="EN-US" style="font-size: small;">MC bergerak ke selatan dengan menyusuri perairan Filipina menuju Laut Sulawesi dan memasuki perairan Indonesia melalui pintu utamanya yakni Selat Makassar (Arlindo) dan Laut Maluku sebagai pintu kedua. Pada saat memasuki Laut Maluku, massa air dari MC berputar arah ke timur dan bergabung dengan NGCUC kemudian keluar dari Laut Maluku. Arus yang berasal dari Laut Maluku dan Laut Sulawesi bergerak menuju Laut Halmahera dan bergabung dengan NGCC. Interaksi arus ini dengan arus the New Guinea Coastal Currents (NGCC) yang bergerak sepanjang pantai Papua New Guinea akan menimbulkan adanya Halmahera Eddy.</span></div><div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZgw0JejvrJb9zm8v9AV41soRYwoKopv3lyvL6WJLFTYLwEi4p_X7UOM5RmDYNU2-UQA2tpeFJWAHRdAXALqzFyOEbDNjicKsdwLwwxqeSFBehXik9kF8H_belG8kmiLK5VSgSobx9lwy/s1600/New+Picture.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZgw0JejvrJb9zm8v9AV41soRYwoKopv3lyvL6WJLFTYLwEi4p_X7UOM5RmDYNU2-UQA2tpeFJWAHRdAXALqzFyOEbDNjicKsdwLwwxqeSFBehXik9kF8H_belG8kmiLK5VSgSobx9lwy/s320/New+Picture.png" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span lang="EN-US">Diagram skematik the Pacific Low Latitude Western Boundary</span><span lang="EN-US"> Currents (LLBWCs) dan Mindanao Current (Lukas,R et al 1996) dalam (Sulaiman, 2000) .</span></span><br />
<br />
<div style="text-align: left;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span lang="EN-US"> oleh : Dimas Setiya G</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span lang="EN-US"><br />
</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span lang="EN-US">Referensi :</span></span></div><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-left: 1cm; text-align: justify; text-indent: -1cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Sulaiman, A. 2000. Turbulensi Laut Banda. Direktorat Teknologi dan Inventarisasi Sumber Daya Alam BPP Teknologi, Jakarta, 2000</span></span></div><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: x-small; line-height: 115%;"></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: x-small; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span></div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: x-small;"><m:smallfrac m:val="off"><m:dispdef><m:lmargin m:val="0"><m:rmargin m:val="0"><m:defjc m:val="centerGroup"></m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><div style="text-align: left;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: x-small; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Wyrtki, K., “<i>Physical Oceanography of the Southest Asian Waters</i>”, University</span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: x-small; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"> </span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: x-small; line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">of California, California, 1961</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"><span lang="EN-US"><br />
</span></span></div></div><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"></span>Dimas Setiya Ghttp://www.blogger.com/profile/15114543364665830826noreply@blogger.com0