Tropical cyclone cycle

Pengertian Siklon Tropis
Siklon Tropis (Tropical Cyclone) merupakan istilah dalam meteorologi untuk suatu daerah bertekanan sangat rendah yang ditopang oleh angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 118 km/jam. Dilihat dari atas, sikon tropis tampak seperti pusaran awan yang bergerak dengan diameter ratusan kilometer.
siklontropis__m5971b587
Bagian tengah siklon tropis disebut mata dengan diameter antara 10 hingga 100 kilometer dan menjulang dengan ketinggian mencapai 12 – 15 km. Pada bagian mata ini, keadaan cuacanya cerah dengan angin yang relatif tenang. Mata siklon tropis di kelilingi oleh dinding mata berupa angin yang bergerak spiral dari bawah ke atas dan dipenuhi awan-awan. Pada dinding mata ini keadaan cuaca sangat buruk dengan hujan lebat, badai guruh serta tiupan angin sangat kencang.
siklontropis__607b238f
Terbentuknya Siklon Tropis
Siklon tropis terbentuk di atas laut di daerah tropis. Beberapa kondisi yang menyebabkan siklon tropis terbentuk, diantaranya:
    Samudera atau laut yang luas dengan suhu permukaan laut yang cukup panas, yaitu di atas 260 C. Siklon tropis tidak terbentuk di atas daratan.
    Daerah tropis dengan lintang minimal 50 atau sekitar 500 km dari khatulistiwa.
    Sebelum terjadi siklon tropis di suatu daerah, terdapat gangguan cuaca di daerah tersebut.
    Kelembapan udara pada permukaan sampai ketinggian 6 km cukup besar.
    Kecepatan angin relatif tinggi.
Pembentukan silon tropis terjadi ketika:
  1. Suhu permukaan laut yang panas (di atas 26 0 C ) menyebabkan tekanan di atas permukaan laut tersebut menjadi rendah.
  2. Adanya pusat bertekanan rendah ini menimbulkan angin yang bergerak dari yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah tersebut.
  3. Gaya Coriolis menyebabkan angin yang menuju daerah tekanan rendah dibelokkan dan pada jarak tertentu angin tersebut naik ke atas secara spiral.
  4. Udara basah yang terbawa oleh angin yang bergerak ke atas tersebut kemudian berkondensasi (mengembun), membentuk awan sambil melepaskan panas laten.
  5. Panas laten menyebabkan udara disekitarnya memuai dan terdorong keluar dari pusat badai. Hal ini menyebabkan tekanan di lapisan bawah terus berkurang sehingga angin bergerak masuk lebih cepat dan lebih banyak uap air yang terbawa.
  6. Siklus ini terus berulang membuat badai lebih hebat sampai ada faktor yang membuatnya lemah.
Fase Pertumbuhan Siklon Tropis
Pembentukan siklon tropis mengalami beberapa tahap, yaitu depresi tropis, badai tropis dan kemudian siklon tropis.
    1. Depresi Tropis Jika angin di atas permukaan yang masuk berkecepatan antara 37–63 km per jam (20-34 knot ) maka disebut depresi tropis. Bentuknya belum mempunyai mata dan tidak berpilin. 2. Badai Tropis Jika kecepatan angin terus meningkat mencapai antara 64-118 km per jam (35-64 knot), depresi tropis tumbuh menjadi badai tropis. Bentuk sikloniknya (berpilin) sudah mulai terbentuk namun belum memiliki mata. 3. Siklon Tropis Jika kecepatan angin mencapai lebih besar dari 118 km/jam (>64 knot), maka badai tropis tumbuh menjadi siklon tropis. Mata dan pusaran angin sudah terbentuk.

1. Depresi Tropis dilihat dari satelit. (Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/td.rxml)
siklontropis__m319ec536
2. Badai Tropis Charli di Texas. (Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/ts.rxml)
siklontropis__68af4763
3. Siklon Tropis Gafilo di Madagaskar. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Portal:Tropical_cyclones)
siklontropis__3c6d8091

Arah Rotasi
Arah rotasi atau putaran pada siklon tropis tergantung pada daerah pembentukannya. Di belahan bumi bagian selatan, arah rotasi searah dengan putaran jarum jam. Sedangkan di belahan bumi bagian utara, arah rotasi beralawanan arah dengan putaran jarum jam. Arah rotasi tersebut dipengaruhi oleh gaya corriolis.

siklontropis__33a44d9b Arah putaran silon tropis. Di belahan bumi bagian selatan (B) searah dengan putaran jarum jam. Di belahan bumi bagian utara (A) berlawanan arah dengan putaran jarum jam.

Pelenyapan Siklon Tropis
Siklon tropis merupakan sistem yang besar terdiri dari angin, awan, dan badai guruh. Sumber energi utamanya adalah panas laten yang dilepaskan oleh proses kondensasi (pengembunan) uap air menjadi awan. Berkurangnya proses kondensasi dan panas laten menyebabkan kekuatan siklon tropis melemah. Oleh karena itu, siklon tropis dapat lenyap jika:
    Siklon tropis bergerak memasuki daratan. Ketika memasuki daratan, pasokan uap air berkurang sehingga mengurangi penguapan yang selanjutnya kondensasi dan panas laten ikut berkurang.
    Siklon tropis bergerak menjauhi daerah tropis. Di luar tropis, suhu relatif lebih dingin sehingga proses penguapan berkurang.
Dari mulai pembentukannya, siklon tropis dapat terus hidup dari beberapa jam hingga dapat bertahan sampai 2 minggu.
Wilayah Terbentuknya Siklon Tropis
Siklon tropis terbentuk di lautan tropis. Wilayah pembentukan siklon tropis tersebut dibagi menjadi 6 bagian, yaitu: 1) Samudera Atlantik Utara, 2) Samudera Pasifik Utara bagian Timur, 3) Samudera Pasifik Utara bagian Barat, 4) Samudera Hindia Utara, 5) Samudera Hindia Selatan bagian Barat, 6) Samudera Hindia Selatan bagian Timur dan 7) Samudera Pasifik Selatan bagian Barat.
siklontropis__m3b9e8dcc
Waktu Terjadinya Siklon Tropis
Siklon tropis terjadi secara musiman. Waktu kejadiannya tergantung pada tempat. Peluang waktu terjadinya siklon tropis di beberapa daerah di berikan pada tabel berikut.
Samudera Atlantik Utara antara Juni – November
Samudera Pasifik Utara bagian Timur antara Mei – November
Samudera Pasifik Utara bagian Barat antara April – Januari
Samudera Pasifik Selatan bagian Barat antara Oktober – Mei
Samudera Hindia Utara antara April – Desember
Samudera Hindia Selatan antara Oktober – Mei
Penamaan Siklon Tropis
Di tempat yang berbeda, siklon tropis dikenal dengan istilah yang berbeda. Di samudera Hindia (Indonesia, India, Srilangka) dikenal sebagai “Siklon Tropis” atau Badai Siklon. Di samudera Atlantik dan Pasifik sebelah timur (Amerika) dikenal sebagai “Hurricane”. Di Samudera Pasifik Utara bagian Barat (Filipina, Cina, Jepang) dikenal dengan istilah “Typhoon”.
Siklon tropis (Hurricane, Typhoon) yang terbentuk pada suatu waktu di suatu tempat diberi nama untuk memudahkan mengingat dan mengenalnya. Sebagai contoh, nama-nama siklon tropis yang terjadi di daerah samudera Hindia antara Indonesia-Australia diberikan dalam Tabel 2. Siklon tropis yang terbentuk di samudera Atlantik, dan di daerah lain diberi nama yang berbeda dari kelompok nama pada tabel ini.
Nama-nama Siklon Tropis yang terbentuk di samudera Hindia antara Indonesia-Australia. (Sumber: WMO pada http://www.wmo.ch/web/www/TCP/Storm-names.html)
Alex
Bessi
Clancy
Dianne
Errol
Fiona
Graham
Harriet
Inigo
Jana
Ken
Linda
Monty
Nicky
Oscar
Phoebe
Raymond
Sally
Tim
Vivienne
Willy
Adeline
Bertie
Clare
Daryl
Emma
Floyd
Glenda
Hubert
Isobel
Jacob
Kara
Lee
Melanie
Nicholas
Ophelia
Pancho
Rosie
Selwyn
Tiffany
Victor
Zelia
Alison
Billy
Cathy
Damien
Ellie
Frederic
Gabrielle
Hamish
Ilsa
Joseph
Kirrily
Leon
Marcia
Norman
Olga
Paul
Robyn
Sean
Terri
Vincent
Walter
Nama-nama tersebut dipakai berdasarkan abjad dan terus di ulang. Yaitu, misalkan suatu waktu terbentuk siklon tropis dan diberi nama Alex, kemudian terjadi lagi siklon tropis, siklon tropis ini diberi nama Bessi, kemudian terjadi lagi siklon tropis diberi nama Clancy dan seterusnya sampai nama-nama dalam tabel tersebut habis digunakan untuk kemudian kembali ke awal.
Jika suatu saat suatu siklon dengan nama tertentu dianggap sangat merusak, maka nama siklon tersebut dihilangkan dari daftar dan diganti dengan nama lain yang berawalan sama. Misalkan, Oscar terjadi sangat merusak, maka nama Oscar diganti dengan nama lain yang berwalan “O”, bisa saja Obelix misalnya.
Indonesia melalui BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) telah dipercaya oleh WMO (Badan Meteorologi Dunia) untuk memantau kejadian siklon tropis yang terbentuk di samudera Hindia dan sekaligus diberi wewenang untuk memberi nama siklon tropis – siklon tropis tersebut. Sehingga di tahun-tahun mendatang, nama-nama khas Indonesia mungkin akan digunakan dalam penamaan siklon tropis yang terbentuk di samudera Hindia.
Akibat Siklon Tropis
Walaupun siklon tropis terbentuk di lautan, namun efeknya dapat mempengaruhi daratan. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh siklon tropis adalah:
    1. Gelombang badai (Storm Surge) berupa gelombang laut yang tinggi dengan ketinggian beberapa meter di atas paras laut yang normal. Pada tahun 1970 di Bangladesh, terbentuk siklon Bhola menyebabkan gelombang badai (storm surge) yang meyebabkan kematian 300.000 orang. Gelombang ini berbeda dengan gelombang tsunami. 2. Angin yang kencang yang dapat merusak kendaraan, bangunan, jembatan atau objek di luar lainnya. 3. Hujan lebat disertai badai guruh yang dapat menyebabkan banjir di wilayah-wilayah pemukiman penduduk.
Gelombang badai, angin yang merusak, hujan lebat dan banjir pada akhirnya dapat menyebabkan orang kehilangan tempat tinggal, gagal panen, tercemarnya air bersih, terganggunya arus transportasi di darat, laut, maupun udara, dan berhentinya aktivitas nelayan. Hal tersebut menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat.

Siklon Tropis Bola
1970_bhola_cyclone
Sumber: http://encyclopedia.thefreedictionary.com/1970+Bhola+cyclone>

Acuan

1.http://en.wikipedia.org/wiki/Portal:Tropical_cyclones
2.http://www.wmo.ch/web/www/TCP/Storm-naming.html
Pola Curah Hujan di Indonesia

hujan1
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, sehingga kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari presipitasi, menurut Lakitan (2002) presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi. Tjasyono (2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air cair dan padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku bukan merupakan bagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan (moisture). Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004). Menurut Arsyad (1989) Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh sebuah penakar curah hujan tergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca lainnya.
Curah hujan mempunyai variabilitas yang besar dalam ruang dan waktu. Berdasarkan skala ruang, variabilitasnya Sangat dipengaruhi oleh letak geografi (letak terhadap lautan dan benua), topografi, ketinggian tempat, arah angin umum, dan letak lintang. Keragaman curah hujan terjadi juga secara lokal di statu tempat, yang disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi topografi seperti adanya bukit, gunung atau pegunungan yang menyebabkan penyebaran hujan yang tidak merata. Berdasarkan skala waktu, keragaman/variasi curah hujan dibagi menjadi tipe harian, musiman (bulanan), dan tahunan. Variasi curah hujan harian dipengaruhi oleh faktor lokal (topografi, tipe vegetasi, drainase, kelembaban, warna tanah, albedo, dan lain-lain). Variasi bulanan atau musiman dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut, aktivitas konveksi, arah aliran udara di atas permukaan bumi, variasi sebaran daratan dan lautan. Sedangkan variasi tahunan dipengaruhi oleh perilaku sirkulasi atmosfer global, kejadian badai, dan lain-lain (Ruminta(1989), dalam Erwin, M(2001)).
Berdasarkan terjadinya, hujan dibedakan menjadi (http://kadarsah.wordpress.com/ ):
  • Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan angin berputar.
  • Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
  • Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
  • Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
  • Hujan muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson). Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu tahunan Matahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia, secara teoritis hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus.
Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa fenomena, antara lain sistem monsoon Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pnegaruh local (Mcbride, 2002). Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian “chaotic” dari variabilitas monsoon (Ferranti (1997), dalam Aldrian (2003). Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi-tahunan di Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia.
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut ( http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/ ) :
  1. 1. Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
  2. 2. Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
  3. 3. Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
  4. 4. Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
  5. 5. Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
  6. 6. Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
    a) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
    b) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
    c) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
  7. 7. Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto (2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal.  Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu sekitar Desember).  Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan) dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau).  Secara umum musim kemarau berlangsung dari April sampai September dan musim hujan dari Oktober sampai Maret.  Pola equatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal, yaitu dua puncak hujan yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober saat matahari berada dekat equator.  Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Wilayah Indonesia disepanjang garis khatulistiwa sebagian besar mempunyai pola hujan equatorial, sedangkan pola hujan moonson terdapat di pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan sebagian Sumatera. Sedangkan salah satu wilayah mempunyai pola hujan lokal adalah Ambon (Maluku).

pola-curah-hujan-indonesia.jpg
Sumber: Tjasyono 1999
monsoon type equatorial type local Type
Sumber: E.Aldrian dan Susanto (2003) 

Disajikan oleh :
Bidang Pemodelan Iklim
Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN Bandung
 
Sumber bacaan:
  1. http://mbojo.wordpress.com/2007/07/24/hujan/
  2. http://kadarsah.wordpress.com/
  3. http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/
  4. Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Cetakan Ke-2. IPB Press. Bandung
  5. Edvin Aldrian, R. Dwi Susanto. Identification Of Three Dominant Rainfall Regions Within Indonesia And Their Relationship To Sea Surface Temperature. Int. J. Climatol. 23: 1435–1452 (2003)

Iklim dan Curah Hujan

Iklim dan Curah Hujan

Klasifikasi Iklim

Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua yaitu iklim matahari dan iklim fisis.
Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut :

Iklim Matahari
Yaitu iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari yang diterima permukaan bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan daerah yang terletak pada lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari, berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi: iklim tropik; iklim sub tropik; iklim sedang dan iklim dingin.

Iklim Koppen
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman�membagi iklim berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
Gambar : Iklim Koppen
  1. Iklim A, yaitu iklim hujan tropis, dengan ciri temperatur bulanan rata-rata lebih dari 18 oC, suhu tahunan 20 oC – 25 oC dengan curah hujan bulanan lebih dari 60 mm.
  2. Iklim B, yaitu iklim kering/gurun
    Dengan ciri curah hujan lebih kecil daripada penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim stepa dan gurun.
  3. Iklim C, yaitu iklim sedang basah
    Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3 oC - 18 oC, daerah ini terbagai menjadi :
    Cs  (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
    Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
    Cf  (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
  4. Iklim D, yaitu iklim dingin
    Dengan ciri temperatur  bulan terdingin kurang dari 3 oC dan temperatur bulan terpanas lebih dari 10 oC, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df
    • Dw adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang  kering
    • Df adalah iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
  5. Iklim E, yaitu iklim kutub.
    Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10 oC Daerah ini terbagi menjadi :

    • ET Iklim tundra

    • DF Iklim salju

Iklim Schamidt - Ferguson
Schmidt dan Ferguson membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan pada tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut :

Di Indonesia terbagi menjadi 8 tipe Iklim :
A. kategori sangat basah, nilai Q = 0 � 14,3 %
B. kategori basah, nilai Q = 14,3 � 33,3 %
C. kategori agak basah nilai Q 33,3 � 60 %
D. kategori sedang, nilai Q = 60 � 100 %
E. kategori agak kering, nilai Q = 100 � 167 %
F. kategori kering, nilai Q = 167 � 300 %
G. kategori sangat kering, nilai Q = 300 � 700 %
H. kategori luar biasa kering, nilai Q = lebih dari 700 %

Jadi kota X beriklim B. Langkah masukan dalam grafik.
Curah hujan Kota X 1998-2000
Bulan
1998
1999
2000
Jml
Rata-rata
Jan
343
345
310


Pebruari
360
260
245


Maret
200
275
175


April
150
184
120


Mei
100*
93*
30*


Juni
75*
60*
0*


Juli
50*
44*
0*


Agustus
40**
112
84*


September
112
153
125


Oktober
225
244
200


Nopember
280
275
275


Desember
310
322
350


JBB
8
9
8
25
8,33
JBK
2
1
3
6
2,0
JBL
2
2
1
5
1,67

Klasifikasi Iklim Oldeman
Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu :
  • Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah lebih dari 9 kali berturut-turut

  • Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut

  • Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut

  • Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut
berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:
  1. Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm
  2. Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm
  3. Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm

A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

B : Jika terdapat 7 � 9 bulan basah berurutan.

C : Jika terdapat 5 � 6 bulan basah berurutan.

D : Jika terdapat 3 � 4 bulan basah berurutan.

E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.
Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen atau pun Schmidt � Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.

Klasifikasi Iklim Yunghunh
Pembagian iklim didasarkan pada ketinggian tempat yang ditandai dengan jenis vegetasi, zone iklimnya adalah terbagi lima zone:
Gambar : Iklim Yunghunh
  1. Zone iklim panas.Ketinggian 0 � 700 m, suhu rata-rata tahunan lebih 22 C ( padi, jagung, tebu dan kelapa).

  2. Zone iklim sedang.Ketinggian 700-1500m, suhu rata-rata tahunan antara 15 � 22 C ( kopi, the, kina dan karet).

  3. Zone iklim sejuk.Ketinggian.1500 � 2500, suhu rata-rata tahunan 11 C � 15 C (cocok tanaman holtikultura).

  4. Zone iklim dingin.Ketinggian 2500 � 400m, dengan suhu rata-rata tahunan 11 C (zone ini tumbuhan yang ada berupa lumut).

  5. Zone iklim salju tropis. Ketinggian lebih dari 400m dari permukaan laut, di daerah ini tidak terdapat tumbuhan. 

Sumber : 
http://www.ilmuku.com

The dynamics of water masses Maluku Sea


            Dinamika laut di sekitar Laut Maluku di dominasi oleh pengaruh local dan regional yang terjadi di Samudra Pasifik. massa air laut di sekitar Laut Maluku berada dalam sirkulasi sirkulasi massa air perairan Indonesia timur bersama Laut Banda, Laut Flores dan Laut Halmahera yang merupakan jalur massa  air yang dipengaruhi massa air North Pacific dan South Pacific bergabung kondisi antar tahunan (interannual) yang terjadi.
            Di perairan sekitar Laut Maluku mengalir Arus Mindanao yang merupakan cabang dari NEC dan MC. Arus ini mengalir sepanjang pantai Mindanao dan bergerak ke arah Pulau Mindanao  menuju Laut Sulawesi.  Arus  ini kemudian dibalikan ke arah timur di tengah Laut Sulawesi dan bergerak kearah timur kembali di sepanjang pantai Sulawesi. Cabang dari Arus Mindanao ini masuk ke Selat Makassar dan sebagian ke Laut Maluku (Wyrtki, 1961).
            Menurut Wyrtki (1961), dari permukaan hingga kedalaman 500 m, massa air  di perairan Indonesia mengalir dari Samudra Pasifik ke Hindia, berasal dari Arus  Mindanao. Arus ini sering disebut Arus Lintas Indonesia. Di  perairan sebelah utara Laut Maluku (Samudra Pasifik bagian barat), Sirkulasi arus permukaan yang menonjol adalah  adalah NEC yang mengalir sepanjang tahun menuju Filipina. Arus ini menguat pada bulan Desember hingga Februari dan melemah/mengecil dari pada kondisi normalnya pada bulan April hingga Juni (Wyrtki, 1961). Arus ini berbelok secara divergen di Filipina, satu  bagian ke utara menjdi Arus Kuroshio, sedangkan bagian lain ke timur membentuk North Equatorial Counter Current (NECC).
            Di wilayah  New Guinea terjadi fluktuasi musim yng tinggi. Pada bulan Mei hingga Oktober terjadi  angin pasat tenggara sedangkan pada  bulan November sampai April bertiup dari timur dan utara yang menandai terjadinya angin pasat timur laut. Di bulan juni hingga Agustus ini South Equatorial Current  menguat dan mengalir di sepanjang pantai New Guinea hingga Halmahera dengan  kecepatan yang tinggi. Di Halmahera  arus ini bergabung  dengan arus yang bergerak keluar dari Laut Maluku dan Laut Sulawesi dan hal ini mengakibatkan terjadi pembelokan arus ke  kanan dimana arus bergerak ke arah timur bersama NEC dan membentuk North Equatorial Counter Current (Wyrtki, 1961).

oleh : Dimas Setiya G
Referensi :
Wyrtki, K., “Physical Oceanography of the Southest Asian Waters”, University of California, California, 1961.

Mindanao Current from North Equatorial Current In West Pacific


Mindanao Current merupakan salah satu bagian dari sirkulasi massa air dalam skematik the Pacific low latitude western boundary currents (LLBWCs). Sumber utama massa air yang menopang sistem sirkulasi arus LLWBCs adalah arus pasifik selatan/South Equatorial Currents (SEC) dan arus pasifik utara/North Equatorial Currents (NEC) (Lukas et al 1996). Di belahan bumi utara arus pasifik utara (NEC) yang bergerak ke barat pada lintang 14N akan memecah menjadi dua, arus yang satu bergerak ke utara dan yang lain ke selatan. Arus yang ke utara menjadi arus Kuroshiwo yang bergerak ke perairan Jepang dan yang bergerak ke selatan menjadi. Arus Mindano. Menurut Wyrtki (1961), dari permukaan kedalaman 500 m, massa  air di perairan Indonesia mengalir dari samudra Pasifik ke hindia, berasal dari Arus Mindanao
MC bergerak ke selatan dengan menyusuri perairan Filipina menuju Laut Sulawesi dan memasuki perairan Indonesia melalui pintu utamanya yakni Selat Makassar (Arlindo) dan Laut Maluku sebagai pintu kedua. Pada saat memasuki Laut Maluku, massa air dari MC berputar arah ke timur dan bergabung dengan NGCUC kemudian keluar dari Laut Maluku. Arus yang berasal dari Laut Maluku dan Laut Sulawesi bergerak menuju Laut Halmahera dan bergabung dengan NGCC. Interaksi arus ini dengan arus the New Guinea Coastal Currents (NGCC) yang bergerak sepanjang pantai Papua New Guinea akan menimbulkan adanya Halmahera Eddy.

Diagram skematik the Pacific Low Latitude Western Boundary Currents (LLBWCs) dan Mindanao Current (Lukas,R et al 1996) dalam (Sulaiman, 2000) .

 oleh : Dimas Setiya G

Referensi :

Sulaiman, A. 2000. Turbulensi Laut Banda. Direktorat Teknologi dan Inventarisasi Sumber Daya Alam BPP Teknologi, Jakarta, 2000

Wyrtki, K., “Physical Oceanography of the Southest Asian Waters”, University of California, California, 1961